Senin, 16 Maret 2009

BERAPA BIAYA HAJI TAHUN DEPAN?


Tulisan ini dambil dari berita pada http://bimasislam.depag.go.id/?mod=news&op=detail&id=570 dan sengaja kami muat sebagai gambaran bagi para calon Jemaah Haji thn 2009 dalam mempersiapkan biaya pelunasan. Namun demikian kita sama-sama berharap semoga biaya ONH thn 2009 tidak semahal tahun 2008. Semoga saja bisa lebih murah, tapi pelayanan lebih baik dari tahun kemarin.

(Jakarta, bimasislam) Wukuf di Arafah – yang merupakan puncak ritual ibadah haji – tahun 1429H ini belum lagi masuk waktu, namun pemerintah dan DPR-RI sudah mulai memikirkan format biaya ibadah haji tahun depan (1430H/2009M).
Komisi VII DPR-RI mengakui bahwa pembahasan awal rancangan biaya ibadah haji 1430H dilakukan lebih dini. “Untuk mengantisipasi berbagai asumsi yang akan terjadi pada tahun 2009”, ujar Hasrul Azwar, Ketua Komisi VIII ketika membuka acara pengantar rancangan biaya ibadah haji di Ruang Nusantara II Senayan, Kamis (27/11), kemarin.
Dari pihak pemerintah hadir Menteri Agama, Sekjen Depag, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah adinterim Suparta, dan sejumlah pejabat eselon II terkait. Dalam paparannya, Menag menyebutkan komponen biaya haji terbagi dalam dua komponen, yakni komponen direct cost dan komponen indirect cost.
Direct cost adalah biaya langsung untuk kepentingan jamaah yang harus dibayar oleh jamaah. Termasuk dalam komponen ini adalah sewa pemondokan, konsumsi, dan dokumen haji. Angka awal yang disodorkan Menag untuk komponen ini adalah US$ 1.519 ditambah Rp 535.000 (belum termasuk biaya penerbangan Indonesia-Arab Saudi p.p. yang besarnya belum dapat diidentifikasikan).
Dengan asumsi harga tiket penerbangan tidak mengalami kenaikan (rata-rata US$ 1.860), biaya haji yang diusulkan mengalami kenaikan rata-rata sebesar US$ 203 dan Rp 34.000 perorang. Sementara asumsi kurs dollar Amerika dipatok pada angka Rp 12.500. Tahun ini biaya ibadah haji terendah (embarkasi Banda Aceh) adalah US$ 3.258 plus Rp 501.000, dan yang tertinggi (Makassar) US$ 3.517 plus Rp Rp 501.000. Untuk 2009, angka yang diusulkan berubah menjadi US$ 3.460 (Banda Aceh) dan US$ 3.720 (Makassar). Keduanya ditambah dengan angka rupiah sebesar Rp 535.000.
Sedangkan komponen indirect cost adalah pembiayaan tidak langsung yang harus ditanggung oleh pemerintah. Untuk komponen ini pemerintah mengusulkan pembiayaan sebesar Rp 504,40 milyar.
Acuan indirect cost 2009 yang diajukan Menag adalah hitungan-hitungan 2008 dengan beberapa penyesuaian. Penyesuaian yang sudah sangat kelihatan adalah melonjaknya kurs dollar Amerika yang saat ini masih anteng di atas Rp 12 ribu.
Penyesuaian lain adalah sewa kantor haji di Medinah dan sewa jasa pengacara, biaya penerbangan petugas nonkloter, dan rehab beberapa asrama haji di dalam negeri. Menag juga penambahan pelayanan yang perlu dialokasikan dari indirect cost ini berupa tambahan makanan siap saji di Arafah Mina sebanyak tiga boks per hari, makanan jamaah setibanya di Mekah dan Medinah, dan makanan di Mekah selama delapan hari, W-5 sampai W+3 (lima hari sebelum wukuf sampai tiga hari setelah wukuf).
Pada bagian lain pemaparan itu, Menag menyebutkan, bahwa komponen indirect cost tahun 2008 didanai dari hasil optimalisasi dana setoran awal terhitung sejak April 2009 hingga Maret 2010. Apa artinya ini? Ariyanto, Kasubdit BPIH pada Direktorat BPIH dan Sistem Informasi Haji ketika dihubungi bimasislam melalui telepon mengatakan, bahwa indirect cost diusulkan untuk dibiayai dari hasil dana setoran haji yang mengendap pada bank. Dengan hitungan daftar tunggu 500 ribu calon haji rata-rata tiga tahun, yang masing-masing sudah menyetor Rp 20 juta, berapa uang yang telah mengendap dalam rekening haji? Bimasislam tak sempat menghitungnya. Lebih tak sempat lagi menghitung berapa rupiah bunganya?
Arianto mengoreksi, bahwa indirect cost yang diharapkan dapat dibiayai dari hasil optimalisasi itu adalah indirect cost 2009, bukan 2008.
Evaluasi Haji 2008
Meskipun pertemuan kemarin labelnya pengantar biaya haji 2009, namun hampir semua anggota Komisi VIII DPR-RI mulai mengevaluasi penyelenggaraan haji tahun ini. Dari informasi sms, telepon, sampai laporan formal hasil pemantauan yang dilakukan oleh anggota parlemen itu, didapat catatan bahwa penyelenggaraan haji tahun ini masih sejumlah persoalan yang perlu dibenahi.
Di antara persoalan yang menonjol adalah rumitnya masalah transportasi dan jauhnya pemondokan jamaah di Mekah. Jauhnya pemondokan, barangkali merupakan suatu hal yang sudah diketahui jauh sebelumnya. Ini sebuah konsekuensi dari perluasan pelataran Masjidil Haram yang membabat lokasi pemukiman yang dulu biasa dipakai semisal kawasan Ghararah dan Shamiyah. ”Dulu”, kata salah seorang anggota DPR, ”Kawasan Aziziyah merupakan kawasan yang terjauh pemukiman haji, tapi sekarang menjadi dekat”, ujarnya lagi.
Dari hasil pemantauan DPR, akibat rumitnya masalah transportasi, jamaah banyak yang menyewa taksi atau kendaraan omprengan lainnya. Akibatnya, biaya living cost sebesar 1.500 rial Saudi yang semestinya digunakan untuk biaya hidup, banyak tersedot untuk biaya transportasi ke Masjidil Haram.
Di ujung pertemuan, baik Pemerintah maupun Parlemen sepakat untuk membicarakan lebih intensif rencana pembiayaan haji 2009. (hq)
Ir. H. Darwin Basri Zakaria
HP. 0812 2344 345